PERNAH KUTULIS SURAT BUAT PRESIDEN

Karya ke-3 Ibu Mertuaku yang diikutkan di lomba Bulan Bahasa UGM 2014. Cerpen yang sudah lama dibuat, dan baru dipublikasikan dalam lomba tersebut.

Pernah Kutulis Surat Buat Presiden

Ini kisah nyata, dua kali pernah kutulis surat buat Presiden. Yang pertama ketika aku mendengar guru-guru seluruh Indonesia akan demo ke Jakarta. Yang kedua setelah aku mendengar pidato pada saat Halal Bihalal guru-guru di SMP Negeri Purwoharjo, bahwa perwakilan dari guru-guru akan demo ke Jakarta.

Apakah kedua surat itu dibaca oleh Bapak Presiden atau tidak, aku tidak mengetahuinya. Tapi ada kejadian luar biasa yang dapat kurasakan setelah surat yang pertama kukirimkan ke alamat Bapak Presiden, yaitu Jln. Alternatif Cibubur Puri Cikeas No.2, Desa Nagrak, Kecamatan Gunung Putri,Bogor. Yaitu dikucurkannya dana untuk pendidikan sebesar 20 % dan guru-guru tidak jadi demo ke Jakarta.

Sayang surat itu kedua-duanya tidak ada yang ku foto copy, surat pertama tulisan tangan empat lembar kertas folio. Aku tidak hafal seluruh kalimatnya, namun ada sedikit yang kuingat; Puisi Hadiah untuk Presiden.

Gara-gara sertifikasi

Guru swasta dideklati

Sampai tiga kali

Akhirnya disuruh pergi

Guru swasta gigit jari

Kutulis surat buat Presiden gara-gara aku melihat di televisi. Guru-guru di Banyuwangi, demonstrasi saling dorong dengan Polisi. Saat itu aku menangis dan menangis. Seandainya aku menangis itu dengan air mata darah, maka air mataku itu adalah air mata darah.

Aku terkejut ketika melihat di televisi ada anak yang menangis dengan air mata darah, Ya Allah ternyata benar-benar ada air mata darah itu.

Aku memang hanya seorang perempuan guru SD yang sudah tua, sudah bau tanah. Sebentar lagi pension. Aku tidak apa-apa tidak menikmati sertifikasi, tapi aku sangat prihatin mengapa guru yang seharusnya mat dalam keadaan suc, kenyataannya banyak yang harus dialami para guru mati dalam keadaan tidak suci.

Masa’ guru disuruh bohong, mau jadi apa negeri ini? Gunung emas menjulang tinggi, lautan luas penuh berisi, hutan belantara tak berpenghuni, kekayaan alam melimpah ruah, milik siapa negeti ini ? inilah sedikit yang kuingat dari suratku buat Presiden.

Mungkinkah ada orang yang merasa memiliki anak cucu yang bagaikan mati di atas tumpukan padi ? Di negeri yang kaya raya ini, tanahnya yang sangat luas, tapi tidak memiliki tanah bahkan sejengkal tanah pun tak punya ? Rumah pun menyewa ? Rumah susun yang sangat tinggi ? Yah, aku sangat ngeri, sangat ngeri melihat semua n.

Maklum aku ini dulunya gadis kecil yang biasa bermain di sawah, sungat, hutan, pekuburan, bahkan pernah tanpa teman, tidak ada rasa takut kepada siapa pun dan kepada apa pun.

Aku sering bermain dengan teman-teman yang kebetulan perempuan semua. Sehingga tidak pernah ada pengalaman buruk seperti yang dialami anak-anak sekarang ini. Baru di TK, SD sudah berani berhubungan layaknya suami istri         . bahkan ada anak SD sampai hamil, apakah kita tidak ngeri?

Muridku pun banyak yang cerita. Tentang perselingkuhan, mabuk, zina, judi, oleh anak kelas satu. Bagaimana tidak ngeri? Ketika aku jenguk di tempat lokalisasi, katanya sudah ditutup ternyata masih buka.

Mungkin karena hidupnya di antara peminum. Muridku di kelas satu itu, dia maju sambil sempoyongan ketika aku suruh maju ke depan. Dia berkata, “aku mabuk, aku mabuk, aku mabuk.”

Ya Allah, mau jadi apa muridku ini. Ternyata orang tuanya minum, sisanya diberikan ke anaknya. Pantas dia pura-pura mabuk menirukan orang tuanya.

Apakah guru-guru kini hanya memikirkan uang sertifikasi? Ah saya rasa tidak seluruhnya begitu. Mungkin pengaruh globalisasi. Kita tidak perlu menyalahkan sana sini. Mari kita perbaiki terutama diri sendiri, kalau bisa semua pegawai negeri, mengapa ?

Karena kita harus mengerti, kalau ingin negeri ini tidak tenggelam di bakar api, bisa jadi kita di bakar api di dunia ini bahkan sampai di akhirat nanti. Kalau kita tidak mau berhenti dari perbuatan yang tidak diridhoi Ilahi Robbi.

Suratku yang kedua kalinya intinya adalah agar Bapak Presiden segera berbicara. Kalau zamannya Bapak Presiden Soeharto itu Inpres (Instruksi Presiden), yang harus dilaksanakan. Contoh saya sendiri di angkat menjadi pegawai negeri dengan Inpres No. 10 tahun 1974. Sebagai guru SD dengan gaji pokok Rp.1.080,-

Saat itu tanpa ada suap-menyuap. Mudah-mudahan hasilnya halal. Saya yakin kata-kata Presiden berupa Instruksi itu bisa dilaksanakan dengan baik. Kasihan para guru, penjaga dan sekolah dan pegawai lainnya. Yang sampai hari ini belum diangkat menjadi pegawai negeri. Mereka sudah berjuang bertahun-tahun, tetapi ada yang honornya cuma Rp.100.000,- Bahkan di SD saya itu ada guru sukwan yang di tes / diseleksi masuknya. Dan masuknya dijanjikan tanpa dibayar sepeser pun, dia mau juga. Karena hanya butuh surat sukwan untuk bisa melanjutkan kuliahnya yang belum selesai.

Saya bilang Bapak Presiden, “Mbok ya daripada uang bermilyar-milyar hanya untuk mencelakakan guru-guru. Mbok ya untuk mengangkat mereka yang masih sukwan.”

Mengapa saya katakana guru-guru banyak yang celaka? Bayangkan kalau hasil dari menyuap itu haram dan masuk neraka nantinya, apa tidak kasihan pada guru-guru di PLPG yang menyuap hanya gara-gara ingin lulus dan dapat uang sertifikasi.

Aku sendiri mendengar langsung ada yang menyuap Rp. 250.000,-bahkan sampai Rp.1.000.000,-. Langsung diberi jawaban dan lulus. Ada lagi yang bercerita kalau di Bali lebih mahal Rp.10.000.000,- harus dibayar baru lulus. Apa tidak tahu ya kalau yang masuk neraka itu semuanya. Yang menyuap, yang disuap, dan perantaranya.

Kalau bisa janganlah guru-guru dipersulit, karena mendidik anak sekarang ini sudah sulit. Berikanlah guru-guru kemerdekaan sebenar-benar merdeka dan hidup bahagia, mati masuk syurga, dengan gaji sebulan sepuluh juta, mereka para guru sudah bisa tertawa.

Ha .. ha..ha…ha uang siapa ?

Ha…ha…ha….ha …uang Negara.

Ha..ha.. ha…ha….negara siapa?

Ha..ha…ha…ha…..negara kita.

Merdeka !!

Hidup di dunia hanya sementara, bila masuk syurga, akan tetap muda selamanya, semua tetap perawan dan perjaka, tidak usah bekerja, semua sudah tersedia, luar biasa !

Siapa yang ingin ke sana ? silahkan naik kereta taqwa..

Come on, sit down please..

Terima kasih Pak Presiden !!

Aku sudah dapat uang sertifikasi.

Walau hampir pensiun di akhir ini.

Yang kulalui dengan menempuh ujian tiga kali.

Tanpa harus menyuap di sana-sini

Rasanya hampir pecah kepala ini

Tapi Insya Allah semua guru tetap bersyukur pada Ilahi…

Aamiiin…

Sedetik Waktu

Portofolio Ibu Mertuaku, yang juga suka menulis. Diikutkan di Lomba Menulis Bulan Bahasa UGM 2014.

SEDETIK WAKTU

Walau sedetik waktu sangat berharga

Berapa harganya ? Oh tiada terhingga …

Anda pernahkah untuk mencoba

Menghitung hari yang telah ada

 

Berapa detik masih tersisa ?

Apakah anda mengetahuinya

Rencana apa saja yang sudah anda baca ?

Jangan hanya membaca rencana saja

Baca selengkapnya